Key Takeaways:
Global:
- Ketegangan AS & China kembali meningkat setelah Washington memperluas sanksi energi, mendorong harga minyak Brent naik hampir 7% dalam sepekan.
- China menunda pembelian minyak Rusia dan menyiapkan rencana ekonomi 2026–2030 berfokus pada manufaktur serta teknologi tinggi.
- Aktivitas ekonomi India melambat; PMI komposit turun ke 59,9 dari 61,0 akibat tarif impor AS dan melemahnya permintaan global.
Domestic:
- Bank Indonesia menahan suku bunga di 4,75%, beralih fokus ke transmisi moneter dan pelonggaran likuiditas.
- IHSG terkoreksi 0,52% ke 8.092 pada perdagangan Rabu.
- Yield SUN tenor 10 tahun naik menjadi 6,07%
- BI meluncurkan instrumen baru : Floating Rate Notes (FRN) dan Overnight Index Swap (OIS), guna memperkuat pasar uang dan menjaga stabilitas likuiditas.
Sentimen Global
Pasar global masih berputar dalam pusaran ketidakpastian. Hubungan dagang AS–Tiongkok kembali panas setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor baru hingga 100% terhadap produk Tiongkok, disertai pembatasan ekspor perangkat lunak strategis mulai November. Kebijakan ini memicu gejolak di pasar minyak dan komoditas: harga minyak Brent melonjak lebih dari 7%, seiring sanksi AS terhadap perusahaan energi besar Rusia seperti Rosneft dan Lukoil
Di Asia, Cina mulai mengalihkan strategi ekonominya menuju peningkatan konsumsi rumah tangga dan teknologi tinggi, bagian dari rencana pembangunan jangka menengah 2026–2030.
Sementara itu, PMI India turun ke 59,9 dari 61 pada bulan sebelumnya akibat tarif baru AS, menunjukkan mulai meredanya momentum ekspansi ekonomi.
Sentimen Domestic
Bank Indonesia memutuskan menahan suku bunga acuan di 4,75% pada Oktober 2025 setelah tiga kali pemangkasan berturut-turut. Langkah ini mencerminkan pendekatan hati-hati BI yang kini berfokus memperkuat transmisi moneter dan mendorong bank menurunkan suku bunga kredit agar pertumbuhan ekonomi dapat terasa di sektor riil.
Menariknya, BI juga memperkenalkan dua instrumen baru : Floating Rate Notes (BI-FRN)-surat berharga atau obligasi dengan kupon (bunga) yang berubah mengikuti tingkat suku bunga acuan tertentu, dan Overnight Index Swap (OIS)- kontrak derivatif suku bunga antara dua pihak, di mana mereka menukar pembayaran bunga tetap dengan bunga mengambang (overnight rate) selama periode tertentu, untuk memperdalam pasar uang domestik dan memperkuat likuiditas. Gubernur Perry Warjiyo menyatakan, langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka menengah menuju penurunan suku bunga ke kisaran 4,0% pada 2026, sejalan dengan pelonggaran global.
Dari sisi pasar, IHSG naik 42.57 poin atau 0,52% menjadi 8.092 pada perdagangan Rabu, turun untuk hari ketiga berturut-turut di tengah melemahnya sektor energi dan mineral, utilitas, serta kesehatan.
Di sisi lain, yield SUN tenor 10 tahun naik menjadi 6,07% , Stabilnya yield SBN tenor 10 tahun menunjukkan bahwa pelaku pasar mulai mengantisipasi fase pelonggaran moneter tanpa adanya tekanan inflasi yang signifikan. Kurva imbal hasil yang tetap menanjak juga menegaskan keyakinan pasar terhadap prospek ekonomi domestik yang solid.
Capital Market & Fund Performance


Ayovest’s Wrap
Keputusan Bank Indonesia menahan suku bunga di 4,75 persen menjadi pengingat bahwa di tengah ketidakpastian global, kehati-hatian adalah bentuk keberanian. Langkah ini menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan, dua hal yang saling menguatkan dalam menjaga arah ekonomi.
Bagi investor, ini bukan sekadar masa menunggu, tapi waktu untuk menata strategi dengan tenang. Di tengah tren suku bunga yang mulai melandai, reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap menawarkan keseimbangan antara stabilitas dan peluang. Sementara itu, pasar saham perlahan menunjukkan tanda pemulihan, membuka ruang bagi akumulasi jangka panjang saat arah kebijakan mulai lebih longgar dan dukungan fiskal menguat.
Investor konservatif dan moderat dapat mulai mengakumulasi aset fixed income sebagai langkah antisipasi terhadap potensi pelonggaran kebijakan di tahun depan. Sementara itu, investor agresif bisa memanfaatkan fase ini untuk membangun posisi di sektor-sektor unggulan seperti konsumsi, perbankan, dan infrastruktur, yang cenderung diuntungkan dari turunnya suku bunga dan meningkatnya stimulus fiskal.
Dari kacamata Ayovest, ketidakpastian bukanlah tanda bahaya, melainkan ruang bagi peluang baru tumbuh. Di masa seperti ini, mereka yang sabar membaca arah, disiplin dalam riset, dan bijak menjaga keseimbangan antara risiko dan perlindungan akan berada selangkah lebih siap menghadapi perubahan.
DISCLAIMER: INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. SEBELUM MEMUTUSKAN BERINVESTASI, CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS. KINERJA MASA LALU TIDAK MENJAMIN/ MENCERMINKAN INDIKASI KINERJA DI MASA YANG AKAN DATANG.
Reksa dana merupakan produk Pasar Modal dan bukan produk yang diterbitkan oleh Agen Penjual Efek Reksa Dana. PT Generasi Paham Investasi selaku Agen Penjual Efek Reksa Dana tidak bertanggung jawab atas tuntutan dan risiko pengelolaan portofolio reksa dana yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Investor wajib membaca dan memahami Laporan Kinerja Reksa Dana (Fund Fact Sheet) dan Prospektus dari produk yang diterbitkan oleh Manajer Investasi untuk kebutuhan informasi dan bukan merupakan suatu bentuk penawaran atau rekomendasi untuk membeli atau permintaan untuk menjual. Kinerja masa lalu tidak serta merta menjadi petunjuk untuk kinerja di masa mendatang, dan bukan juga merupakan perkiraan yang dibuat untuk memberikan indikasi mengenai kinerja atau kecenderungannya di masa mendatang.






