Key Takeaways:
Global
- AS–Tiongkok kembali tegang, Trump menaikkan tarif impor hingga 100%, memicu flight to safety
- Shutdown pemerintah AS masuk minggu ketiga; ADP Employment turun 32.000, memperkuat ekspektasi The Fed memangkas suku bunga 25 bps di Oktober.
- Eropa stabil, didorong turunnya yield obligasi Jerman dan meredanya risiko politik di Prancis.
Domestic
- IHSG turun 4% ke 7.915,yield SUN 10 tahun justru turun 38 bps ke 5,96%, menunjukkan kuatnya permintaan di pasar obligasi.
- Lelang Sukuk Negara mencatat penawaran tinggi Rp59,2 triliun, dengan serapan Rp10 triliun
- Inflasi September tetap terkendali di 2,65% YoY, memperkuat peluang penurunan suku bunga BI ke 4,50% dalam waktu dekat.
Sentimen Global: Antara Gejolak dan Harapan Pemangkasan Suku Bunga
Pasar global pekan ini diguncang oleh dua faktor utama : ketegangan geopolitik AS–Tiongkok dan shutdown (layanan dan operasional pemerintah federal dihentikan) pemerintahan AS yang berlarut. Presiden Donald Trump kembali memperkeruh hubungan dagang dengan menaikkan tarif impor terhadap China hingga 100% serta membatasi ekspor perangkat lunak penting mulai November. Langkah ini memicu aksi flight to safety (fenomena di pasar keuangan di mana investor dengan cepat mengalihkan dana dari aset yang dianggap berisiko tinggi ke aset yang dianggap aman dan likuid saat terjadi ketidakpastian ekonomi atau keuangan), di mana investor beralih ke aset berisiko rendah seperti obligasi AS dan emas.
Di saat bersamaan, shutdown pemerintahan AS yang sudah memasuki minggu ketiga menyebabkan tertundanya publikasi sejumlah data penting, termasuk inflasi dan tenaga kerja. Namun, data ADP menunjukkan penurunan 32.000 lapangan kerja, memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan FOMC Oktober.
Sikap yang lebih longgar dalam kebijakan moneter (dovish) ini diperkuat oleh komentar Gubernur Fed Christopher Waller yang mendukung siklus pelonggaran bertahap, sementara Gubernur Stephen Miran membuka peluang pemangkasan agresif hingga 50 bps, melihat risiko ekonomi akibat ketegangan geopolitik.
Sementara itu, di Eropa, stabilitas politik Prancis setelah penundaan reformasi pensiun dan turunnya tingkat kupon (yield) obligasi di Jerman menjadi penenang pasar.
Sentimen Domestik: Pasar Obligasi Menguat, IHSG Tertekan
Meski pasar global diliputi ketidakpastian, fundamental ekonomi Indonesia tetap tangguh. Pekan lalu, IHSG terkoreksi 4% ke 7.915, mengikuti tekanan global, namun pasar obligasi justru menguat signifikan. Yield SUN tenor 10 tahun turun 38 bps ke 5,96% selama sebulan terakhir, menandakan tingginya permintaan di pasar sekunder.
Lelang Sukuk Negara juga mencatat penawaran fantastis Rp59,2 triliun, jauh di atas rata-rata tahun ini Rp33,9 triliun, dengan serapan pemerintah Rp10 triliun. Hal ini menunjukkan likuiditas domestik yang kuat dan kepercayaan investor terhadap stabilitas fiskal DJPPR . Dari sisi makro, inflasi tetap terkendali di 2,65% yoy (September) dan BI diproyeksikan menurunkan suku bunga acuan ke 4,50%, sejalan dengan arah pelonggaran moneter global.
Capital Market & Fund Performance


Ayovest’s Wrap
Ketidakpastian global memang belum sepenuhnya reda, tapi justru di situlah peluang muncul. Saat banyak pasar dunia bersiap menghadapi kemungkinan penurunan suku bunga dan turunnya yield obligasi, inilah momentum bagi investor untuk menata ulang strategi portofolionya atau yang biasa dikenal rebalancing portfolio.
Instrumen seperti reksa dana pendapatan tetap kini kembali jadi primadona. Bagi investor yang mencari keseimbangan antara stabilitas dan potensi hasil, instrumen ini bisa menjadi pilihan yang menarik terutama di tengah tren pelonggaran moneter global yang mulai terlihat.
Sepanjang minggu ini, pasar global dan domestik masih bergerak dinamis di bawah bayang-bayang ketegangan geopolitik dan arah kebijakan suku bunga. Namun di balik gejolak itu, satu hal tetap sama: pasar selalu memberi peluang bagi mereka yang sabar dan disiplin.
Seperti yang sering kita dengar, volatilitas(perubahan harga suatu aset dalam periode waktu tertentu.) bukan berarti ancaman, tapi pengingat penting untuk berinvestasi dengan strategi jangka panjang, diversifikasi yang cermat, dan kesadaran risiko. Dengan arah suku bunga yang kian longgar, peluang di pasar pendapatan tetap masih terbuka lebar.