Key Takeways
Global:
- Shutdown AS berakhir setelah 43 hari, meredakan ketidakpastian fiskal namun meninggalkan backlog data ekonomi.
- Yield US Treasury 10Y naik ke 4,12% sebagai respons pasar terhadap ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat.
- Ekspektasi pemangkasan FFR (Fed Funds Rate) Desember turun ke 44,4%, Pasar kini menilai kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga pada Desember makin kecil.
- Risiko geopolitik meningkat, harga minyak global naik 2,4% sebagai respon atas potensi gangguan pasokan.
Sentimen Domestik:
- IHSG melemah 0,86% ke level 8.370, tertekan volatilitas rupiah dan revisi ekspektasi Fed cut.
- Rupiah menguat terbatas ke Rp16.707/USD, meski melemah tipis secara mingguan.
- Indeks Keyakinan Konsumen Oktober menguat ke 121,2, mencerminkan optimisme rumah tangga yang meningkat.
- Asing mencatat net sell Rp2,3 triliun, menandakan sikap defensif investor global terhadap aset berisiko.
Sentimen Global : Shutdown AS berakhir
Pasar keuangan global memasuki kondisi yang lebih lega setelah shutdown pemerintahan Amerika Serikat resmi berakhir. Shutdown yang berlangsung selama 43 hari, menjadi simbol meredanya tekanan terhadap stabilitas fiskal AS. Namun setelah hampir satu bulan penuh tanpa rilis rutin, backlog data ekonomi (laporan resmi yang tertunda dan tidak dipublikasikan sesuai jadwal) kini menjadi tantangan baru bagi pelaku pasar dalam membaca arah kebijakan moneter ke depan
Di sisi lain, Kenaikan yield US Treasury tenor 10 tahun ke 4,12% mencerminkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat lebih lama, sehingga imbal hasil obligasi AS menjadi semakin menarik dibanding aset berisiko (jenis investasi yang potensi imbal hasilnya lebih tinggi, tetapi fluktuasi dan risikonya juga lebih besar). Ketika yield (tingkat imbal hasil) naik, investor global cenderung melakukan flight to safety (istilah di pasar keuangan yang menggambarkan perpindahan cepat dana investor dari aset berisiko ke aset yang dianggap paling aman ketika sentimen pasar memburuk atau ketidakpastian meningkat) dengan memindahkan dana dari pasar negara berkembang ke Treasury AS (obligasi pemerintah Amerika Serikat) yang dianggap aman, sehingga menekan aliran modal, memperlemah ruang gerak pasar saham, dan meningkatkan tekanan pada nilai tukar negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Harapan pelaku pasar terhadap pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) pada Desember turut menipis, dengan probabilitas(tingkat kemungkinan) kini turun ke 44,4%. Sentimen ini mempertegas pandangan bahwa The Fed belum melihat alasan cukup kuat untuk mengubah sikapnya, apalagi di tengah inflasi yang masih menunjukkan ketahanan.
Sementara itu, ketegangan geopolitik kembali meningkat, mendorong harga minyak global naik 2,4% dalam sepekan. Kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan terutama dari kawasan konflik, membuat pelaku pasar kembali menaikkan premi risiko komoditas energi (tambahan harga yang dimasukkan oleh pelaku pasar untuk mengantisipasi risiko-risiko yang dapat mengganggu pasokan energi, terutama minyak dan gas). Kenaikan harga minyak ini berpotensi memberikan tekanan tambahan terhadap inflasi global dan mempersempit ruang pelonggaran moneter.
Domestik: IHSG Terkoreksi, Rupiah Bergerak Terbatas
Dari dalam negeri, IHSG ditutup melemah 0,86% ke 8.370. Tekanan terutama datang dari volatilitas(gejolak) rupiah serta revisi ekspektasi investor terhadap peluang pemangkasan suku bunga The Fed. Sektor-sektor berbeta tinggi (yaitu sektor yang pergerakan harganya lebih sensitif terhadap sentimen pasar, seperti teknologi, keuangan, dan konsumer siklikal dengan kisaran beta 1,2-1,4 kembali menjadi sasaran profit taking (aksi ambil untung), sejalan dengan melemahnya selera risiko global.
Rupiah terpantau menguat terbatas ke Rp16.707 per dolar AS, meski secara mingguan masih mencatat pelemahan tipis. Stabilitas nilai tukar menjadi perhatian pasar, terutama di tengah arus keluar dana asing dari pasar saham dan obligasi.
Pada saat yang sama, indikator fundamental domestik tetap menunjukkan ketahanan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober naik ke 121,2, memperlihatkan optimisme rumah tangga terhadap kondisi ekonomi saat ini dan enam bulan mendatang. Penguatan IKK ini menjadi sinyal positif bagi momentum konsumsi, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun arus modal belum sepenuhnya bersahabat. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp2,3 triliun di pasar saham, menunjukkan sikap defensif (mengurangi eksposur pada aset berisiko di tengah meningkatnya ketidakpastian global) seiring meningkatnya ketidakpastian global. Kondisi ini membuat pasar keuangan domestik bergerak lebih hati-hati, menunggu kejelasan arah kebijakan moneter AS serta perkembangan geopolitik global.
Capital & Fund Performance


Ayovest’s Wrap: Pasar Masih Berada dalam Mode Menunggu
Dengan berakhirnya shutdown AS dan meningkatnya kejelasan fiskal, ketidakpastian global memang sedikit mereda. Namun kombinasi antara yield Treasury yang naik, peluang FFR cut yang mengecil, dan risiko geopolitik yang menguat membuat pasar masih bergerak dalam mode wait and see.
Di dalam negeri, meski IHSG dan rupiah berada di bawah tekanan, fundamental ekonomi Indonesia masih terjaga, tercermin dari optimisme konsumen dan stabilnya permintaan domestik.
Dalam kondisi pasar yang masih penuh ketidakpastian, strategi investasi perlu disesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Reksa dana pasar uang dapat menjadi pilihan defensif untuk menjaga likuiditas sambil menunggu momentum yang lebih kondusif untuk masuk ke aset berisiko. Reksa dana pendapatan tetap mulai menarik untuk akumulasi bertahap karena yield obligasi yang tinggi berpotensi memberi capital gain ketika sinyal The Fed mulai lebih melonggarkan kebijakan. Bagi yang mencari keseimbangan, reksa dana campuran menawarkan stabilitas dengan kombinasi saham dan obligasi. Sementara itu, investor jangka panjang dapat memanfaatkan koreksi IHSG sebagai peluang akumulasi selektif di reksa dana saham, terutama pada sektor berfundamental kuat.
Pasar global masih cenderung berhati-hati, tetapi kekuatan fundamental domestik memberikan penopang bagi stabilitas dalam jangka menengah. Dalam kondisi seperti ini, strategi paling rasional adalah menyesuaikan portofolio dengan profil risiko, serta mempertahankan likuiditas yang cukup. Kendati pergerakan pasar masih tidak menentu, disiplin investasi dapat mengubah volatilitas menjadi momentum yang produktif
DISCLAIMER: INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. SEBELUM MEMUTUSKAN BERINVESTASI, CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS. KINERJA MASA LALU TIDAK MENJAMIN/ MENCERMINKAN INDIKASI KINERJA DI MASA YANG AKAN DATANG.
Reksa dana merupakan produk Pasar Modal dan bukan produk yang diterbitkan oleh Agen Penjual Efek Reksa Dana. PT Generasi Paham Investasi selaku Agen Penjual Efek Reksa Dana tidak bertanggung jawab atas tuntutan dan risiko pengelolaan portofolio reksa dana yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Investor wajib membaca dan memahami Laporan Kinerja Reksa Dana (Fund Fact Sheet) dan Prospektus dari produk yang diterbitkan oleh Manajer Investasi untuk kebutuhan informasi dan bukan merupakan suatu bentuk penawaran atau rekomendasi untuk membeli atau permintaan untuk menjual. Kinerja masa lalu tidak serta merta menjadi petunjuk untuk kinerja di masa mendatang, dan bukan juga merupakan perkiraan yang dibuat untuk memberikan indikasi mengenai kinerja atau kecenderungannya di masa mendatang.






