Pekan kedua September 2025, pasar global menanti pemangkasan suku bunga The Fed sementara Indonesia diguncang adanya perombakan kabinet kali kedua di era Presiden Prabowo tertutama pergantian Menteri Keuangan. Apa dampaknya untuk investor? Simak analisis Ayovest.
Sorotan Ekonomi Global
Investor global masih menahan langkah jelang keputusan suku bunga The Federal Reserve pada akhir September 2025 ini. Inflasi Amerika Serikat memang masih di atas target, namun tren melandai sehingga memunculkan ekspektasi siklus pengetatan moneter segera mereda. Yield US Treasury tenor 10 tahun stabil di kisaran 4,2–4,3%, sementara indeks dolar sedikit menguat karena investor mencari aset aman.
Dari Eropa, dilansir dari Bloomberg, Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga acuan 3,75% dengan nada dovish yakni sikap atau kebijakan yang cenderung mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan atau menurunkan tingkat suku bunga, menandakan puncak suku bunga mungkin sudah tercapai. Sementara itu, data ekspor Tiongkok mulai menunjukkan perbaikan, meski masalah sektor properti masih menjadi beban utama.
Sorotan Ekonomi Indonesia
Sorotan utama dari dalam negeri datang dari kebijakan Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudi Sadewa, yang mengalihkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank-bank BUMN. Kebijakan ini dinilai mampu memperkuat likuiditas perbankan hingga setara 2% dari total dana pihak ketiga (DPK) , sekaligus berpotensi mendorong pertumbuhan kredit yang saat ini masih berada di kisaran 7% yoy.
Meski begitu, tantangan tetap ada. Kredit UMKM hanya tumbuh sekitar 2% yoy, menandakan bank masih berhati-hati terhadap risiko kredit bermasalah. Efektivitas kebijakan akan bergantung pada seberapa jauh bank mampu menyalurkan dana ini ke sektor produktif.
Pasar obligasi menyambut positif. Berdasarkan data dari investing.com, Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke sekitar 6,3% seiring meningkatnya permintaan investor, baik lokal maupun asing. Arus masuk asing juga mulai kembali meski masih terbatas, setelah pada Agustus sempat mencatat net sell, dimana transaksi penjualan investor asing lebih besar dari transaksi pembelian investor asing.
Sementara itu, IHSG sempat terkoreksi mengikuti pelemahan bursa regional. Namun, saham perbankan dan konstruksi bergerak positif didukung ekspektasi ekspansi kredit dan stimulus fiskal yakni kebijakan yang berfokus paada pengaturan pengeluaran dan pendapatan negara dengan tujuan meningkatkan konsumsi, investasi dan produksi dalam perekonomian nasional. Saat ini IHSG masih bertahan di level 7.100-an, dengan 8.000 tetap menjadi resistance psikologis jangka menengah.
Implikasi Bagi Investor Reksa Dana
Kondisi pasar membuka peluang menarik:
- Reksa Dana Pendapatan Tetap , dimana turunnya yield Surat Hutang Negara (SUN) memberi potensi keuntungan karena harga obligasi naik. Cocok untuk investor yang mengutamakan stabilitas di tengah ketidakpastian global.
Baca juga: Baru! Capital Optimal Protected Fund 15: Proteksi 100% dan Imbal Hasil 8% per Tahun
- Reksa Dana Saham. Prospek sektor perbankan dan infrastruktur menarik, terutama bila ekspansi kredit terealisasi. Cocok bagi investor agresif dengan horizon jangka menengah.
Bagi investor ritel, kondisi ini bisa jadi momentum bagus. Tidak perlu menunggu punya modal besar untuk masuk ke instrumen pasar modal. Lewat Ayovest, kamu bisa mulai berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap dengan modal mulai Rp5.000 saja. Produk ini membantu menjaga kestabilan portofolio di tengah fluktuasi global.
Dengan strategi sederhana ini, investor ritel bisa ikut menikmati peluang pertumbuhan pasar, tanpa harus bingung membaca pergerakan indeks harian.
Kesimpulan Ayovest
Tambahan likuiditas Rp200 triliun dari pemerintah menjadi katalis penting bagi pasar domestik. Namun, arah kebijakan The Fed dan kondisi global tetap menjadi faktor risiko.
Investor disarankan memperkuat posisi di reksa dana pendapatan tetap sebagai fondasi stabilitas, sembari menempatkan sebagian dana di reksa dana saham untuk menangkap peluang pertumbuhan di sektor-sektor unggulan.
DISCLAIMER: INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. SEBELUM MEMUTUSKAN BERINVESTASI, CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS. KINERJA MASA LALU TIDAK MENJAMIN/ MENCERMINKAN INDIKASI KINERJA DI MASA YANG AKAN DATANG.
Reksa dana merupakan produk Pasar Modal dan bukan produk yang diterbitkan oleh Agen Penjual Efek Reksa Dana. PT Generasi Paham Investasi selaku Agen Penjual Efek Reksa Dana tidak bertanggung jawab atas tuntutan dan risiko pengelolaan portofolio reksa dana yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Investor wajib membaca dan memahami Laporan Kinerja Reksa Dana (Fund Fact Sheet) dan Prospektus dari produk yang diterbitkan oleh Manajer Investasi untuk kebutuhan informasi dan bukan merupakan suatu bentuk penawaran atau rekomendasi untuk membeli atau permintaan untuk menjual. Kinerja masa lalu tidak serta merta menjadi petunjuk untuk kinerja di masa mendatang, dan bukan juga merupakan perkiraan yang dibuat untuk memberikan indikasi mengenai kinerja atau kecenderungannya di masa mendatang.